Demi kedua cucunya yang yatim piatu, Nek Sari’a rela bekerja keras menjadi buruh penoreh karet dengan upah 5 ribu sampai 10 ribu rupiah perharinya.
Setiap hari ia rela berangkat subuh agar karet yang didapat banyak. Rasa pegal, lelah dan nyeri ia tahan sejenak supaya bisa terus bekerja.
“Nenek ga mau cucu-cucu nenek sampe kelaparan dan ngga sekolah, selama nenek masih bisa, nenek akan terus berusaha demi mereka,” ucap nek Sari’a.
Nek Sari’a bercerita jika ia bekerja menoreh karet saat musim panas saja, di musim hujan karet tidak bisa ditoreh sehingga terpaksa ia akan menganggur di musim tersebut.
Selama menganggur, nek Sari’a hanya bisa memberi makan cucunya nasi dicampur garam saja.
Mengetahui kondisi tersebut, Rumah Yatim cabang Kalimantan Barat pada Sabtu (5/2) lalu, menyambangi kediaman nek Sari’a di Dusun Beringin Desa Puguk, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat guna menyalurkan bantuan biaya hidup berupa sembako, uang tunai, perlengkapan MCK dan bumbu dapur.
“Alhamdulillah saat kami kesana, nek Sari’a dan kedua cucunya sehat-sehat. Mereka terlihat sangat senang bisa menerima bantuan ini. Mereka juga tidak menyangka bisa menerima bantuan dengan jumlah yang banyak,” tutur Rohim, kepala cabang Rumah Yatim Kalbar.
Rohim berharap, bantuan ini bisa membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai beberapa bulan kedepan.
Author
Sinta Guslia