Kata healing tentunya tidak asing terdengar akhir-akhir ini, healing merupakan sebuah kata yang dipergunakan sebagai sebuah legitimasi ketika generasi “Z” melakukan hal yang bersifat rekreasional dan cenderung konsumtif demi sebuah status atau self diagnosed “Sehat Mental “ , sebenarnya apa sih yang di maksud “healing” demi tercapainya kesehatan mental yang sebenarnya ?
Proses healing sendiri dalam sudut pandang psikologi mengacu pada pemulihan psikologis. Cara untuk menyembuhkan luka tersebut dilakukan oleh individu itu sendiri dan dipandu dengan naluri. Proses self healing yang berperan utama pada diri sendiri seringkali menghasilkan hasil yang beragam dan berbeda-beda karena sifatnya yang amatir. Memotivasi diri sendiri merupakan aset utama yang harus dimiliki oleh individu tersebut, dalam melakukan self healing. Hal yang pertama kali harus dilakukan ketika kita akan melakukan self healing adalah, menerima diri kita seutuhnya, untuk selanjutnya melakukan identifikasi dari mana permasalahan atau luka batin tersebut muncul, lalu pahami mengapa konfik itu muncul entah itu dalam diri kita sendiri atau konflik yang berasal dari orang lain.
Nah apakah sebagai seorang muslim tentunya kita harus tahu apakah proses healing dalam islam , dan bagai mana caranya ?
Dalam islam proses healing berarti proses awal dalam muhasabah diri dengan cara fokus untuk menyadari masalah yang sedang dihadapi, menerimanya dengan lapang dada tanpa melakukan penilaian yang negatif dan juga tidak bereaksi berlebihan terhadap suatu stimulus , atau faktor pemicu , mengingat Allah sebagai satu-satunya pemberi pertolongan seperti tercantum dalam Qur’an Surat Ar-rad:28
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Dalam ayat ini Allah menjelaskan orang-orang yang mendapat tuntunan-Nya, yaitu orang-orang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka melakukan hal-hal yang baik, dan merasa bahagia dengan kebajikan yang dilakukannya.
Melakukan “Healing” yang bersifat rekreasional dan konsumtif boleh-boleh saja, namun akan lebih baik bukan jika menyembuhkan jiwa dengan sang Maha pencipta jiwa ?
Rizqi Astera Ayuningtias S.psi,.MM
Author
Rizqi Ayuningtias