Cianjur (24/11) Dahsyatnya gempa ciaanjur senin lalu meninggalkan luka bagi banyak keluarga, tak hanya ditinggalkan selama nya secara tiba-tiba, kondisi fisik yang penuh trauma, serta kondisi lingkungan yang masih terus diwarnai gempa susulan, serta cuaca ekstreem. Smapi saat ini korban meningga dunia, luka-luka serta orang hilang masih terus bertambah , jumlah bangunan rusak pun semakin meningkat, bertambahnya jumlah pengungsi tak sebanding dengan ketersediaan tenda di lokasi pengungsian.
Ada yang menarik pagi ini saat dilakukan sesi trauma healing dengan para relawan, ditengah permainan games anak-anak dan relawan bertukar cerita, tentang bagaimana mereka saat terjadi gempa, banyak dari mereka yang sedang bermain diluar rumah jauh dari anggota, salah satu anak bercerita saat gempa terjadi ia hanya bisa berlari mencari ibunya, yang sontak memeluknya erat dan berlari ke tempat terbuka, sungguh kisah mengharukan dimana sebaik-baik tempat teraman berlindung hanya dalam pelukan ibu, kondisi pengungsian pun saat ini masih padat 30 tenda yang tersedia , masing-masing tenda diisi dengan 100 orang penyintas gempa.
Ada beberapa hal yang harus di waspadai bagi kondisi psikologis penyintas gempa, karena dampak kehilangan secara tiba-tiba akan menyebabkan kurang sehatnya kondisi mental para penyintas gempa, hal ini dapat terjadi pada individu dewasa maupun anak-anak, gangguan dapat berupa bisa berupa penurunan kemampuan individu dalam melakukan penyesuaian diri karena berkaitan dengan perubahan kehidupan personal, interpersonal, sosial, dan ekonomi pasca bencana.
Baik pada anak maupun pada orang dewasa dampak bencana bervariasi dari jangka pendek sampai jangka panjang. Dampak emosional jangka pendek yang masih dapat dilihat dengan jelas meliputi rasa takut dan cemas yang akut, rasa sedih dan bersalah yang kronis, serta munculnya perasaan hampa. Pada sebagian orang perasaan-perasaan ini akan pulih seiring berjalannya waktu. Namun pada sebagian yang lain dampak emosional bencana dapat berlangsung lebih lama berupa trauma dan problem penyesuaian pada kehidupan personal, interpersonal, sosial, dan ekonomi pasca bencana.
Gejala- gejala gangguan emosi yang terjadi merupakan sumber distress dan dapat mempengaruhi
kemampuan penyintas bencana untuk menata kehidupannya kembali. Apabila tidak segera direspons akan menyebabkan penyintas, keluarga, dan masyarakat tidak dapat berfungsi dalam kehidupan dengan baik (Retnowati, 2012).
Author
Rizqi Astera Ayuningtias