Sungguh malang nasib kakek Surip (77), diusia senjanya ia mesti berjuang seorang diri untuk bisa bertahan hidup, tanpa ada perhatian dari anak maupun saudara.
Kakek Surip tinggal seorang diri disebuah gubuk reyot berukuran 1×1 meter di Desa Batuagung, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. Tanah tersebut merupakan milik orang lain yang sengaja dipinjamkan kepada kakek Surip karena ia merasa prihatin dengan nasib mbah Surip.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kakek Surip bekerja sebagai pedagang rujak tumbuk keliling. Dalam sehari ia mendapat penghasilan sebanyak 10-15 ribu rupiah. Uang tersebut biasa ia bagi untuk membeli makan dan membeli buah untuk jualan besok.
Menurut penuturan Saefudin, salah satu relawan Rumah Yatim Yogyakarta, kakek Surip sebelumnya tinggal di salah satu daerah di Jawa Barat. Namun, semenjak sang istri meninggal, ia memilih pindah ke tempat kelahirannya di Desa Batuagung.
“Ketika kakek Surip pindah ke Batuagung, sanak saudara beliau tidak ada yang mau menerimanya. Waktu itu, kakek sempat lutang lantung dan akhirnya tinggal di rumah yang sekarang ia tempati,” ujar Saefudin.
Ia melanjutkan jika dari pernikahannya bersama almarhumah sang istri, kakek Surip dikaruniai dua anak, namun kedua anak tersebut sampai saat ini belum menanyakan kabar kakek Surip ataupun mencarinya.
Di minggu pertama bulan Januari lalu, Rumah Yatim menyalurkan program bantuan biaya hidup berupa sembako dan uang tunai untuk Kakek Surip. Bantuan ini berasal dari donasi para donatur di platform penggalangan dana donasionline.id .
“Ini merupakan bantuan tahap pertama yang diberikan, mudah-mudahan bantuan ini bisa membantu memenuhi kebutuhan harian kakek sampai beberapa bulan kedepan, mudah-mudahan kedepannya kami bisa terus membantu meringankan kebutuhan hidup beliau,” tutur Saefudin.
Diakhir, Saefudin mengucapkan banyak terima kasih kepada para donatur yang telah membantu kakek Surip melalui perantara Rumah Yatim. “Mudah-mudahan apa yang telah para donatur berikan, dibalas oleh Allah dengan balasan yang terbaik,” tutupnya.
Author
Sinta Guslia