Sudah setahun lebih Sobikha (39) mesti mengurus ketiga anaknya seorang diri.
Hidupnya berubah setelah sang suami meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.
Sobikha, menceritakan kisah pilunya meski bibirnya bergetar seakan tak kuat untuk mengungkapkan sepenuhnya apa yang telah ia alami.
“Suami saya bekerja di Jakarta sebagai tukang kayu, selama pandemi beliau tidak pernah pulang, sekalinya pulang tinggal nama,” ujarnya penuh haru.
Sobikha melanjutkan jika dirinya amat sangat hancur usai mendapat kabar tersebut, namun demi anak-anaknya ia harus kuat dan harus menguatkan mereka.
“Kedua anak saya yang masih sekolah menangis ketika mendengar kabar itu, mereka yang selalu menanyakan kapan bapak pulang, kini cuman bisa mendoakan bapaknya. Untuk yang bungsu karena masih lima bulan, dia masih belum mengerti apa-apa,” ujarnya.
Bagi Sobikha, mencoba menata kembali kehidupan pasca ditinggal meninggal suami itu amat sangat sulit. Ia yang terbiasa dikuatkan oleh sang suami jika mengeluh lelah menjadi seorang ibu, kini harus menguatkan anak-anak yang bersedih tiap kali mengingat ayahnya.
Ia yang tiap bulan meminta uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, kini harus berjuang seorang diri mencari nafkah demi kebutuhan hidup anak-anaknya.
“Banyak sekali perubahan yang terjadi pada saya setelah suami meninggal, tapi saya harus bisa dan harus kuat demi mereka. Demi anak-anak saya rela bekerja apapun yang penting halal, saya akan terus berusaha supaya bisa menjadi ayah dan ibu untuk mereka,” paparnya.
Pasca suami meninggal, Sobikha bekerja sebagai buruh setrika baju panggilan, ia memilih pekerjaan tersebut karena bisa sambil menjaga sikecil.
Dalam sehari ia hanya mendapat upah Rp.12.000 saja. Uang tersebut Sobikha gunakan untuk makan 3 anaknya.
Meski makan dengan lauk seadanya, Sobikha bersyukur karena masih bisa memberikan nafkah halal untuk anak-anaknya. Ia pun amat sangat bersyukur karena anak-anaknya tidak mengeluh karena hal tersebut.
Mengetahui hal tersebut, Rumah Yatim area Yogyakarta menyambangi kediaman Sobikha guna memberikan bantuan biaya hidup berupa sembako, perlengkapan kebersihan dan uang tunai.
Bantuan tersebut diberikan langsung di kediaman Sobikha Desa Sutapranan, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Diharapkan bantuan ini bisa membantu memenuhi kebutuhan hidup Sobikha dan anak-anaknya beberapa bulan kedepan.
“Alhamdulillah bu Sobikha dan anak-anaknya terlihat sangat senang bisa menerima bantuan ini, semoga bantuan ini bisa meringankan beban bu Sobikha,” ujar Saefudin, salah satu relawan Rumah Yatim Yogyakarta.
Author
Sinta Guslia