Rumah Yatim cabang Sumatera Utara menjadikan Amar (13) dan Syifa (11), kakak beradik korban kebakaran yang terlantar sebagai anak asuh mukimnya.
Terhitung sejak 23 November lalu, mereka sudah resmi dan tinggal di asrama Rumah Yatim Sumut.
Sebelum diantarkan ke asrama dan didaftarkan sekolah, kakak beradik tersebut diajak tim Rumah Yatim untuk belanja semua kebutuhan mereka mulai dari seragam, tas, sepatu, alat tulis, handphone, pakaian sehari-hari, mukena, sajadah, Al Quran, kerudung dan perlengkapan mandi mencuci.
"Amar dan Syifa sangat gembira ketika diajak belanja dan memilih barang yang mereka butuhkan. Setelah belanja, kami pun mengajak mereka makan makanan yang diinginkan, saat itu mereka ingin makan ayam goreng," ungkap Ibnu, salah satu relawan Rumah Yatim Sumut.
Ia melanjutkan jika sebelum mengangkat Amar dan Syifa menjadi anak asuh, tim terlebih dahulu mengurus semua perizinan mulai dari perizinan dari pihak pemerintah tempat mereka tinggal sampai mengurus surat pemindahan sekolah Amar dan Syifa.
Amar dan Syifa sebelumnya tinggal di puing rumah bekas kebakaran. Rumah tersebut merupakan milik orang tua mereka dan kondisinya sudah tidak layak huni, dimana rumah tersebut hanya memiliki atap sedikit. Jika hujan, mereka akan mengungsi ke rumah tetangga atau masjid terdekat.
Pada tahun 2019 lalu, rumah Amar dan Syifa kebakaran dan menghanguskan semuanya. Sejak kejadian tersebut, ayah mereka pergi menelantarkan mereka, sementara sang ibu jadi sakit-sakitan, stroke dan stres sampai akhirnya meninggal dunia.
Usia diterlantarkan sang ayah, Amar lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Setiap pulang sekolah, ia bekerja sebagai buruh pemeras santan kelapa. Namun nasib naas harus menimpa lagi Amar, ketika bekerja, tangan kirinya tergilas mesin pres santan kelapa yang membuat tangan kirinya harus di amputasi.
Ditimpa cobaan berkali-kali tidak membuat Amar patah arang dalam menjalani hidup dan menafkahi adiknya. Berhenti bekerja sebagai buruh di tempat pemerasan santan, ia bekerja sebagai penjual kantong kresek di pasar. Dalam sehari ia hanya mendapat penghasilan 5 ribu rupiah.
"Uang hasil jualan Amar biasanya di belikan nasi bungkus dan dimakan berdua dengan adiknya. Jika tidak ada tetangga yang memberikan makanan, mereka hanya makan sehari sekali saja," ujar Ibnu.
Hidup dalam keterbatasan tanpa sosok kedua tidak menghalangi Amar dan Syifa dalam menggapai cita-cita. Setiap hari, dengan memakai perlengkapan sekolah lulus mereka berangkat ke sekolah dengan penuh semangat.
"Alhamdulillah mereka sekarang sudah diangkat jadi anak asuh Rumah Yatim cabang Sumatera Utara. Mereka sudah bisa tidur enak, makan enak, bisa sekolah dengan menggunakan perlengkapan sekolah baru, mereka di asrama memiliki banyak teman dan mendapat kasih sayang dari para pengurus asrama. Mereka mengaku sangat bahagia dan betah tinggal di asrama," tutur Ibnu.
Diketahui, saat ini Amar dan Syifa tinggal di asrama yang berbeda. Kalau Amar tinggal di asrama putra Jl. Setia Budi No.101, Tj. Rejo, Medan Sunggal, Kota Medan, sementara Syifa di asrama putri Jl. Karya Wisata No.31 Pangkalan Masyhur Kec. Medan Johor Kota Medan.
"Mudah-mudahan Amar dan Syifa bisa seneng dan betah di asrama, semoga dengan tinggal di asrama Rumah Yatim, mereka semakin sehat, sholeh, berprestasi dan bisa menggapai cita-cita mereka," tutur Ibnu.
Diakhri, ibnu mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh donatur yang telah berpartisipasi membantu Amar dan Syifa. Ia berharap apa yang diberikan para donatur bisa memberikan bagi mereka, dan menjadi amal jariyah bagi kita semua.
Author
Sinta Guslia