Belasan tahun sudah Dinda (14) hidup bersama neneknya di sebuah rumah sederhana yang beralaskan tanah dan atap yang sudah rusak di Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kab Brebes, Jawa Tengah.
Sejak kecil Dinda sudah dirawat neneknya dikarenakan orang tuanya sudah meninggal dunia.
Untuk memenuhi kebutuhan hariannya, Dinda bekerja sebagai pencari kapuk dengan upah 10 ribu perharinya. Penghasilan tersebut biasanya ia gunakan untuk makan sehari-hari.
“Kami makan seadanya, kalo uangnya ga cukup buat beli makanan, seringkali kami harus puasa dulu biar besok bisa makan,” ucap Dinda.
Ia melanjutkan jika neneknya sudah sangat tua, penglihatan sudah rabun dan sedangkan pendengaran sudah mulai berkurang. Neneknya pun sering sakit-sakitan karena faktor usia.
Dinda yang menjadi satu-satunya harapan sang nenek terpaksa tidak melanjutkan sekolahnya. “Setelah lulus SD, aku tidak lanjut sekolah karena tidak punya biaya, selain itu aku harus kerja supaya kita bisa makan,” ujarnya.
Hidup tanpa sosok kedua orang tua, menjadikan Dinda tumbuh sebagai gadis yang tangguh, mandiri, dan pantang menyerah. Setiap hari, dengan semangat tinggi ia berkeliling kampung mencari pohon kapuk untuk diambil buahnya.
Rumah Yatim area Yogyakarta melalui program bantuan biaya hidup berikhtiar untuk membantu Dinda dan neneknya. Pada Minggu (2/1) lalu, Rumah Yatim melalui Saefudin salah satu tim relawanny menyambangi kediaman Dinda untuk menyerahkan bantuan sembako dan uang tunai.
“Alhamdulillah, ada santunan dari para donatur untuk Dinda dan nenek, mudah-mudahan bantuan ini bisa membantu memenuhi kebutuhan hidup Dinda sampai beberapa bulan kedepan,” ungkap Saefudin.
Saefudin menambahkan, bantuan ini berasal dari penggalangan dana Rumah Yatim di platform donasionline.id, sampai saat ini Rumah Yatim masih melakukan galang dana untuk membantu Dinda dan neneknya.
Author
Sinta Guslia