Terlahir spesial sejak lahir, nek Saniti bertahan hidup dengan mengesot.
Usia nek Saniti kini sudah 57 tahun. Selama itu pula ia hanya bisa mengesot atau menyeret tubuhnya untuk menjalani hari-hari, termasuk saat nenek bekerja menjadi buruh cuci gosok.
Upah yang didapat nek Saniti tidak banyak, hanya 7 ribu saja, itupun tidak ia terima setiap hari, tergantung ada tidaknya warga yang meminta jasanya.
Saat ini nek Saniti tinggal sebatang kara di sebuah gubuk tua di Desa Pecalongan, Kecamatan, Sukosari, Kabupaten Bondowoso. Tidak ada barang mewah di gubuknya tersebut, yang ada hanya beberapa perabotan dapur, baju lusuh, kasur tipis dan kumal, serta tungku api untuk memasak.
Sebelum bekerja, nenek biasanya akan me cari kayu bakar di hutan. Untuk sampai di hutan, ia harus mengesot sejauh 2 KM, karena kondisi spesial nya, nenek sering kali terpeleset karena jalannya licin.
Nasib pilu tersebut sudah diterima nenek dengan ikhlas, ia percaya meski kondisinya terbatas, tapi Allah tidak akan membatasi rezekinya.
Mengetahui kondisi tersebut, Rumah Yatim cabang Jawa Timur melalui tim relawannya menyambangi kediaman nek Saniti untuk mengantarkan bantuan biaya hidup berupa uang tunai, sembako dan perlengkapan mandi mencuci.
Bantuan tersebut diberikan untuk meringankan beban dan membantu memenuhi kebutuhan nek Saniti selama beberapa bulan kedepan.
"Alhamdulillah nek Saniti sangat bahagia ketika menerima bantuan ini. Berkali-kali beliau mengucapkan terima kasih kepada Rumah Yatim dan para donatur yang telah memberikan bantuan ini. Sebelum kami pergi, nenek mendoakan untuk kebaikan Rumah Yatim dan para donatur," tutur Asep, salah satu relawan Rumah Yatim Jatim.
Ia berharap bantuan ini bisa memberikan banyak manfaat, keberkahan dan kebaikan untuk nenek. "Mudah-mudahan bantuan ini pun bisa menjadi pahala dan berkah untuk para donatur," tutupnya.
Author
Sinta Guslia